Senin, 01 Februari 2016

Cerita Seorang Pebisnis Ikan Guppy Yang Pernah Gagal


Masuk ke rumah di kawasan Griyo Mapan Sentosa ini, langsung disambut dengan aneka peralatan merawat ikan hias. Termasuk sebuah tabung oksigen yang diletakkan di salah sudut tembok di teras itu. Di sebelahnya, berjajar sebuah wadah plastik berisi air.

http://dprd-sidoarjokab.go.id - Eddy Tjahyono Disamping Usaha Ikan Hiasnya
Di ruang tamu, jangan berharap menemukan sofa atau hiasan laiknya rumah biasa. Masuk ruang tamu disambut deretan akuarium mini berisi koleksi ikan hias guppy milik Eddy Tjahyono. Hobi sekaligus bisnis  ikan akuarium terpopuler didunia itu memang menyulap rumah Eddy menjadi showroom sekaligus peternakan ikan guppy. Biasanya dikenal juga dengan ikan tarung. Di ruang tamu yang cukup luas itu berderet sepuluh rak empat tingkat. Di situ ikan kecil-kecil dengan warna mencolok dan ekor berumbai-rumbai menjadi hiasan menarik.

Tujuh rak diisi akuarium rendah berisi ikan guppy yang terdiri dari jantan, betina maupun anakan. Sedangkan tiga di antaranya terdiri dari akuarium yang berukuran lebih kecil dan dimanfaatkan sebagai display. ”Kalau mau lihat koleksi saya ya di sini ini,” kata Eddy Tjahyono saat ditemui di kediamannya, Selasa (13/4).

Ikan yang memiliki nama latin Poecilia reticulata ini merupakan salah satu spesies ikan hias air tawar yang paling populer. Sering disebut gupi dan dikenal juga sebagai millionfish. Eddy mulai mengenal hobi menguntungkan ini sejak 2007. Kala itu, alumnus Manajemen Pemasaran Universitas Widya Mandala tengah merugi akibat salah perhitungan dalam bisnis lobster air tawar. Dia pun tak ingin bisnisnya terhenti.

Pria yang bekerja di ERA Jatim ini menemukan ikan guppy untuk dicoba. Ikan yang diternakkannya jenis ekslusif. Tren ikan ini lebih stabil ketimbang ikan lohan atau lobster.

Awalnya, upayanya untuk beternak ikan guppy menemui kegagalan. Berkali-kali ikannya mati hingga empat bulan pertama. ”Saya sempat frustasi, untung waktu itu saya pakai ikan jenis galaxy yang harganya murah,” jelasnya. Kini mempunyai 40 jenis.

Untuk diketahui, ukuran ikan guppy cukup mungil sekitar 4 cm untuk betina. Indukan galaxy dijual Rp 50 ribu sepasang, platinum pastel dijual Rp 75 ribu per pasang, Rp 125 ribu untuk jenis full platinum. Yang paling mahal adalah blue moscow albino yang dijual oleh Eddy senilai Rp 350 ribu per pasangnya. Padahal ongkos produksinya tak lebih dari Rp 600 per pasang.

Meski harganya cukup tinggi, namun koleksi Eddy diburu pengoleksi mulai dari Jakarta, Medan, Palembang, Martapura, Balikpapan hingga Deli Serdang dan pedalaman Sintang, Kalimantan Barat. Syaratnya satu. Waktu pengiriman tak lebih dari satu minggu jika tak mau ikannya bermasalah bahkan mati.Tingginya harga yang dipatok Eddy tak lepas dari kualitas kemurnian yang dimiliki koleksinya. Dia mengaku mengimpor dari Thailand untuk indukan ikan koleksinya sehingga anakan yang dihasilkan menjadi ekslusif. ”Kolektor banyak yang mencari koleksi saya,” ujarnya bangga.

Mengawali bisnis yang dimulai sejak 2007 dengan modal Rp 2,5 juta, pria ini bisa menikmati fulus antara Rp 13 juta hingga Rp 15 juta per bulan. Rumahnya yang bertingkat dua dan luas dijadikan peternakan ikan guppy merupakan hasil jerih payahnya. Namun dengan makin banyaknya pebisnis ikan guppy, kini pendapatannya hanya Rp 6 juta per bulan.

Tapi, Eddy boleh berbangga karena dia menjadi satu dari tiga pemain besar di Indonesia di bisnis ikan guppy tersebut. Satu pebisnis berada di Jogjakarta dan satu lagi di Pasuruan. Eddy sebenarnya sudah mendapat pesanan dari luar negeri terkait dengan ikan koleksinya. ”Tapi birokrasinya rumit dan malah memberatkan,” keluhnya. ”Untuk pengiriman order di dalam negeri pun sulitnya minta ampun,” sambungnya.

Pasalnya, pemerintah menerapkan batas minimum ongkos kirim senilai Rp 200 ribu. Belum lagi biaya karantina sekitar Rp 30 ribu. Padahal harga ikan yang dibeli terkadang hanya dua-tiga pasang saja. Jika kolektor memilih membeli galaxy yang hanya Rp 50 ribu per pasang, tentu syarat birokrasi ini memberatkan.

Supaya bisnis berjalan dan kolektor senang, Eddy pun menggunakan langkah penyelamatan . Setelah menyimpan guppy dalam wadah yang aman, ditambahi dengan kerikil sebelum dibungkus di kardus. ”Dengan cara seperti ini, ekspedisi takkan curiga karena mengira barang yang dikirim adalah mainan. Memang ilegal tapi kami terpaksa melakukan hal itu karena birokrasinya berbelit,” tuturnya.

Yang menarik, Eddy tengah berambisi untuk menciptakan sebuah perpustakaan ikan guppy hidup di Indonesia. Niat ini didasari banyaknya ikan guppy yang tak lagi murni karena seringnya peternak Indonesia mengawin-silangkan guppy seenaknya. Jumlahnya di dunia ribuan namun di Indonesia jenisnya diperkirakan masih mencapai ratusan saja.

Diakuinya, untuk menyukseskan ambisinya tersebut membutuhkan modal cukup besar. Pasalnya, indukan yang dibeli dari Thailand harganya sekitar Rp 600 ribu hingga Rp 1 juta per pasang.
Jika dijual di Indonesia, setelah diternakkan, harganya turun menjadi sepertiganya saja. Eddy mengatakan, memakai akuarium demi menjaga kualitas kemurnian koleksinya. ”Meski sedikit produksinya tapi kualitasnya bagus,” katanya setengah promosi.

Dia  ketat dalam menyeleksi perkawinan ikan guppy agar berkualitas. Salah satu indikasi ikan guppy itu berkualitas untuk betina adalah tubuhnya besar dan tidak bengkok. Sedangkan untuk jantan, coraknya full di seluruh tubuh dan ekornya lebar. ”Mungkin peternakan saya bukan yang paling besar tapi nantinya akan yang paling lengkap,” ujarnya kelahiran 8 Maret 1979 itu.
Siapa yang tidak tahu ikan Guppy, ikan cantik yang penuh warna. Di mata kita ikan ini sering dijadikan sebagai ikan hias. Tetapi berbeda h

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/rudypamungkas/ikan-guppy-diharapkan-mampu-menjadi-diversifikasi-umpan-ikan-cakalang_54f7d08da33311c27b8b4e16
Siapa yang tidak tahu ikan Guppy, ikan cantik yang penuh warna. Di mata kita ikan ini sering dijadikan sebagai ikan hias. Tetapi berbeda h

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/rudypamungkas/ikan-guppy-diharapkan-mampu-menjadi-diversifikasi-umpan-ikan-cakalang_54f7d08da33311c27b8b4e16
Ikan Guppy Diharapkan Mampu Menjadi Diversifikasi Umpan Ikan Cakalang proses aklimatisasi ikan Guppy Siapa yang tidak tahu ikan Guppy, ikan cantik yang penuh warna. Di mata kita ikan ini sering dijadikan sebagai ikan hias. Tetapi berbeda halnya di mata seorang mahasiswa IPB, Muhammad Zainuddin Lubis. Bersama dengan Dr. Ir. Sri Pujiyati, M.Si ternyata ikan Guppy ini bernilai lebih dari sekedar ikan hias. Dengan menggunakan sebuah alat yang disebut Hydrophone, mereka mengamati karakteristik suara stridulatory gerak ikan Guppy dan mampu menganalisis suara pergerakkan ikan tersebut. “Melalui penelitian ini, kami akan menguji ikan Guppy ini apakah bisa dijadikan sebagai diversifikasi umpan pada ikan Cakalang. Hal ini dimaksudkan agar biaya produksi untuk umpan Cakalang dapat diturunkan bagi para nelayan” ujar Zainuddin. Menurut hasil penelitiannya, ikan Guppy, yang diperlakukan sedemikian rupa dengan menambahkan kadar garam pada lingkungan terkontrol setiap harinya (aklimatisasi), mampu bertahan hidup hingga salinitas lingkungan mencapai 30 ppm dengan nilai intensitas suara -48 dB dan frekuensi 0 sampai 19,6 kHz. Penambahan kadar garam tersebut dilakukan selama 14 hari. Selama itulah ikan Guppy akan melakukan proses penyesuaian fisiologis atau upaya adaptasi terhadap lingkungannya yang baru. Dari 65 ekor ikan Guppy yang digunakan, hanya 10 ekor ikan yang mati hingga hari ke-14 selama proses aklimatisasi. Hal ini cukup membuktikan bahwa ikan Guppy dapat bertahan dalam salinitas yang tinggi, walaupun secara hakikatnya ikan Guppy hidup di air tawar yang kadar salinitasnya sangat rendah bahkan mencapai 0 ppm. Melihat hasil penelitian tersebut, Zainuddin merekomendasikan ikan Guppy untuk dijadikan sebagai diversifikasi umpan ikan Cakalang. Namun demikian, hal ini perlu dilakukan penelitian lanjutan yang dapat memperkuat rekomendasi tersebut. Zainuddin merupakan orang pertama di Indonesia yang melakukan penelitian mengenai karakteristik suara stridulatory gerak ikan Guppy. Sehingga penelitiannya masih perlu diperkuat dengan berbagai penelitian lanjutan. “Metode yang sama perlu dilakukan namun dengan salinitas yang lebih tinggi dan dengan ukuran ikan yang berbeda. Hal ini untuk membuktikan bahwa ikan Guppy benar-benar dapat dijadikan sebagai diversifikasi umpan ikan Cakalang.” ungkapnya.

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/rudypamungkas/ikan-guppy-diharapkan-mampu-menjadi-diversifikasi-umpan-ikan-cakalang_54f7d08da33311c27b8b4e16
Ikan Guppy Diharapkan Mampu Menjadi Diversifikasi Umpan Ikan Cakalang proses aklimatisasi ikan Guppy Siapa yang tidak tahu ikan Guppy, ikan cantik yang penuh warna. Di mata kita ikan ini sering dijadikan sebagai ikan hias. Tetapi berbeda halnya di mata seorang mahasiswa IPB, Muhammad Zainuddin Lubis. Bersama dengan Dr. Ir. Sri Pujiyati, M.Si ternyata ikan Guppy ini bernilai lebih dari sekedar ikan hias. Dengan menggunakan sebuah alat yang disebut Hydrophone, mereka mengamati karakteristik suara stridulatory gerak ikan Guppy dan mampu menganalisis suara pergerakkan ikan tersebut. “Melalui penelitian ini, kami akan menguji ikan Guppy ini apakah bisa dijadikan sebagai diversifikasi umpan pada ikan Cakalang. Hal ini dimaksudkan agar biaya produksi untuk umpan Cakalang dapat diturunkan bagi para nelayan” ujar Zainuddin. Menurut hasil penelitiannya, ikan Guppy, yang diperlakukan sedemikian rupa dengan menambahkan kadar garam pada lingkungan terkontrol setiap harinya (aklimatisasi), mampu bertahan hidup hingga salinitas lingkungan mencapai 30 ppm dengan nilai intensitas suara -48 dB dan frekuensi 0 sampai 19,6 kHz. Penambahan kadar garam tersebut dilakukan selama 14 hari. Selama itulah ikan Guppy akan melakukan proses penyesuaian fisiologis atau upaya adaptasi terhadap lingkungannya yang baru. Dari 65 ekor ikan Guppy yang digunakan, hanya 10 ekor ikan yang mati hingga hari ke-14 selama proses aklimatisasi. Hal ini cukup membuktikan bahwa ikan Guppy dapat bertahan dalam salinitas yang tinggi, walaupun secara hakikatnya ikan Guppy hidup di air tawar yang kadar salinitasnya sangat rendah bahkan mencapai 0 ppm. Melihat hasil penelitian tersebut, Zainuddin merekomendasikan ikan Guppy untuk dijadikan sebagai diversifikasi umpan ikan Cakalang. Namun demikian, hal ini perlu dilakukan penelitian lanjutan yang dapat memperkuat rekomendasi tersebut. Zainuddin merupakan orang pertama di Indonesia yang melakukan penelitian mengenai karakteristik suara stridulatory gerak ikan Guppy. Sehingga penelitiannya masih perlu diperkuat dengan berbagai penelitian lanjutan. “Metode yang sama perlu dilakukan namun dengan salinitas yang lebih tinggi dan dengan ukuran ikan yang berbeda. Hal ini untuk membuktikan bahwa ikan Guppy benar-benar dapat dijadikan sebagai diversifikasi umpan ikan Cakalang.” ungkapnya.

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/rudypamungkas/ikan-guppy-diharapkan-mampu-menjadi-diversifikasi-umpan-ikan-cakalang_54f7d08da33311c27b8b4e16



media support and sponsored:
Selamat Datang Pets-Lover...Terima Kasih Sudah Berkunjung Dan Nikmatilah Pelayanan Dari Kami!!!
Pets Lover Indonesia Hamster IndonesiaGuppy Indonesia Jual AnjingJual Kucing Landak Mini MurahJual Sugar Glider img

Tidak ada komentar:

Posting Komentar