https://www.google.co.id |
"Gupi adalah ikan yang sangat peridi." Masa kehamilan ikan ini berkisar
antara 21–30 hari (rata-rata 28 hari) bergantung pada suhu airnya. Suhu
air yang paling cocok untuk berbiak adalah sekitar 27 °C (72 °F).
Alih-alih bertelur, ikan gupi mengandung dan melahirkan anaknya
(livebearers). Setelah ikan betina dibuahi, daerah berwarna gelap di
sekitar anus yang dikenal sebagai ‘bercak kehamilan’ (gravid spot) akan
meluas dan bertambah gelap warnanya. Menjelang saat-saat kelahirannya,
bintik-bintik mata anak-anak ikan dapat terlihat dari kulit perut
induknya yang tipis dan menerawang. Seekor induk gupi dapat melahirkan
burayak (anak ikan) antara 2–100 ekor pada setiap kelahiran, namun
kebanyakan antara 5–30 ekor saja. Beberapa jam setelah persalinan, induk
gupi telah siap untuk dibuahi lagi.
Begitu keluar dari perut
induknya, anak-anak gupi telah mampu hidup sendiri. Berenang, mencari
makanan, dan menghindari musuh-musuhnya. Anak-anak gupi ini umumnya akan
terus bergabung dengan kelompoknya, dan dengan ikan-ikan lain yang
lebih besar. Namun gupi yang telah dewasa tidak akan segan-segan
memangsa burayak yang berukuran jauh lebih kecil; sehingga apabila
dipelihara di akuarium, anak-anak ikan ini perlu dipisahkan dari
ikan-ikan dewasa. Burayak-burayak ini, apabila selamat, akan mencapai
kedewasaan pada umur satu atau dua bulan saja. Itulah sebabnya ikan ini
dengan segera dapat melipat-gandakan jumlah anggota kelompoknya,
sehingga dinamai juga ikan seribu.
Sirip dubur pada ikan jantan
mengalami perubahan menjadi gonopodium, yang berfungsi untuk
mengeluarkan sperma yang akan masuk pada tubuh ikan betina. Gupi betina
memiliki kemampuan untuk untuk menyimpan sperma, sehingga dapat hamil
berulang kali dengan hanya satu kali kawin.
Faktor kunci
keberhasilan yang lainnya adalah kemampuannya untuk menyesuaikan hidup
dengan pelbagai kondisi perairan, dengan variasi makanan yang beragam.
Analisis terhadap isi perut gupi yang hidup di Danau Buyan, Bali,
menunjukkan bahwa ikan ini terutama memakan zooplankton yang melimpah di
sana. Sementara gupi yang hidup di Danau Bratan dan Batur kebanyakan
mengandalkan bahan-bahan organik yang berada di dasar danau. Gupi bahkan dapat hidup pada perairan dengan salinitas tinggi (air asin), hingga 150% salinitas normal air laut
Tidak ada komentar:
Posting Komentar