Pembudidaya ikan hias guppy, Yudi Kasim membudidayakan beberapa
strain guppy seperti Dragon, Moskow Blue, German Tuxedo White Tail dan
Blue Grass. Tempat membudidayakannya sebagian menggunakan akuarium dan
wadah lain seperti ember plastik.
Menurutnya, menjodohkan guppy siap kawin dalam satu wadah dapat
menerapkan satu jantan dan lima betina atau kelipatannya. Selain itu
bisa juga pejantannya dapat ditambah sampai dua ekor. “Rata-rata setiap
21 hari, betina guppy akan beranak minimal 100 ekor. Anakan sebaiknya
dipisah, karena indukan bersifat kanibal. Tapi kalau tempat
penangkarannya luas dan ada tanaman-tanaman airnya, bisa tidak dipisah,”
papar Yudi.
Ditemui di lokasi pembudiyaan ikan guppy-nya kawasan Ngestiharjo,
Kasihan, Bantul, Yudi menjelaskan, apapun tempat pemeliharaan guppy
diusahakan untuk mampu menjaga kualitas airnya. Adanya tanaman air
seperti ekor kunci diharapkan mampu mendukung kualitas air, karena dapat
membantu menyerap zat-zat racun di air. Selain itu dapat untuk
bersembunyi anakan-anakan guppy. Kualitas air akan lebih bagus lagi jika
dilengkapi mesin aerator yang dapat membantu menghilangkan gas-gas
dalam air serta mendukung sirkulasi udara. Sedangkan penambahan piranti
filter menjadikan air terjaga kejernihannya.
“Rata-rata tiga hari sekali kotoran di tempat membudidayakan guppy
perlu disedot. Jika bisa sehari sekali lebih bagus juga. Air lama dengan
disisakan sekitar 25 persen saja lalu ditambah air baru,” jelas Yudi.
Guppy dengan strain masih asli atau belum dikawinsilangkan, sebutnya,
dihargai lebih mahal. Strain asli Dragon termasuk yang masih mahal,
yaitu dibanderol Rp 400.000/pasang (sudah dewasa). Strain Fullred Taiwan
Rp 350.000/pasang dan strain Multi Colour Kobra dengan harga Rp
50.000/pasang. Lain halnya dengan indukan strain campuran/silangan,
rata-rata Rp 15.000/pasang. (Sumber : KR Jogja)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar