![]() |
https://www.google.co.id |
Menopause tidak hanya dialami wanita setengah baya, beberapa jenis
hewan juga mengalaminya. Baru-baru ini para peneliti menemukan bahwa
ikan guppy juga mengalami siklus serupa. Temuan ini mengejutkan sebab ikan diperkirakan tidak mengalami
menopause sebelumnya, dan diduga mampu memproduksi telur sepanjang
hidupnya. Berbeda dengan manusia dan burung yang memiliki potensi sel
telur terbatas sepanjang hidupnya. Ikan guppy sendiri umumnya memproduksi telur setiap 30 hari selama 20
kali semasa hidup. Tapi, para peneliti menemukan bahwa ikan guppy
betina akan memperpanjang hidupnya dengan cara menghentikan proses
reproduksinya pada usia tertentu. Mengapa ikan guppy melakukan hal
tersebut?
Hidup lama, anak banyak
Untuk mempelajarinya, David Reznick, seorang ahli biologi dari UC
Riverside, dan koleganya membandingkan sejarah hidup 240 ekor ikan guppy
yang diambil dari perairan di Trinidad. Beberapa di antaranya diambil
dari daerah yang terancam predator tinggi, sedangkan sebagian lainnya
tidak. Mereka membagi sejarah hidup ikan-ikan tersebut menjadi tiga
tahap, kelahiran hingga awal reproduksi, masa reproduksi, dan akhir
reproduksi hingga kematian.
Pada penelitian sebelumnya, Reznick menemukan bahwa guppy yang
berasal dari wilayah dengan ancaman predator tinggi cenderung hidup
lebih lama dan memulai reproduksi sejak muda daripada yang hidup di
daerah yang tenang. Para peneliti berusaha mempelajari penyebabnya.
Menggunakan teori evolusi, mereka dapat memprediksi dari informasi sejarah hidup ikan guppy. Setelah melahirkan anak-anaknya, ikan guppy betina tidak memberikan
perhatian khusus. Jika evolusi yang dikendalikan seleksi alam merupakan
penyebab bertambahnya umur ikan-ikan di daerah yang terancam, seharusnya
pengaruhnya hanya pada bertambahnya masa reproduksi. Sebab, saat itulah
yang diperlukan untuk mempertahankan keturunannya. “Guppy tidak merawat anak-anaknya, maka begitu melahirkan keturunan
terakhir, seharusnya ia mati,” kata Reznick. Satu-satunya alasan adalah
bagian-bagian tubuhnya mengalami proses kemunduran yang berbeda-beda.
Para peneliti juga memperkirakan bahwa panjangnya masa sesudah
reproduksi atau setelah menopause juga sama antara ikan yang hidup di
daerah terancam dan tidak. Dalam penelitian tersebut dugaan-dugaan dapat
dibuktikan kebenarannya. Ikan yang telah berhenti melakukan reproduksi tidak berperan dalam
meningkatkan kemampuan ikan muda. Oleh karena itu, masa sesudah
reproduksi tidak dipengaruhi proses seleksi alam. Para ilmuwan penasaran mengapa beberapa jenis hewan betina, termasuk
manusia, tetap hidup setelah masa reproduksinya habis. Salah satu
hipotesis menyebut adanya pengaruh kasih sayang, di mana saat masa
reproduksi berakhir, mereka dapat merawat keturunan dan kerabatnya.
Sejauh ini, pengaruh tersebut hanya ditemukan pada manusia.
Menopause juga ditemukan pada berbagai jenis hewan, misalnya pada
burung puyuh, tikus dan mencit, opossum, serta gorila. Tapi, hampir
seluruh hewan ini tidak memiliki jaringan kekeluargaan yang kuat atau
perhatian khusus dari induknya seperti manusia. Di lain pihak, singa betina dan baboon, hewan yang membesarkan
anaknya dalam lingkungan sosial yang kompleks seperti manusia, justru
tidak mengalami menopause. Mereka akan mati begitu melahirkan anak singa
terakhir.
Penelitian yang dilakukan Reznick menunjukkan bahwa beberapa jenis
hewan yang mengalami menopause dapat bertahan hidup lebih lama mungkin
disebabkan berbagai faktor, misalnya asupan gizi yang cukup dan
kesehatan di samping seleksi alam. Hasil penelitian ini dijelaskan dalam
jurnal Public Library of Science (PLoS) biologi edisi 27 Desember.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar