![]() |
https://www.google.co.id |
Umumnya maskulinisasi menggunakan hormon 17α-metiltestosteron.
Penggunaan hormon membutuhkan biaya mahal dan berbahaya, karena dapat
mencemari lingkungan serta menimbulkan penyakit kanker. Hal tersebut
mengakibatkan perlunya bahan alami yang dapat menggantikan hormon dalam
proses maskulinisasi, salah satunya madu. Madu merupakan bahan alami
yang didalamnya terdapat senyawa aromatase inhibitor alami berupa chrysin.
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan dosis perendaman madu yang
optimum untuk pengarahan kelamin ikan guppy menjadi jantan. Penelitian
dilakukan secara eksperimental dengan rancangan acak lengkap (RAL).
Metode perendaman induk ikan guppy dalam madu selama 15 jam pada dosis
perlakuan 0 ml/l (kontrol), 25 ml/l, 50 ml/l, dan 75 ml/l. Pengamatan
dilakukan dengan memperhatikan ciri kelamin sekunder pada anakan ikan
guppy yang berumur dua bulan. Hasil pengamatan diuji dengan analisis
ragam, beda nyata terkecil (BNT) dan uji dua proporsi pada selang
kepercayaan 95%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dosis madu
berpengaruh terhadap persentase ikan guppy berjenis kelamin jantan
dengan nilai tertinggi pada dosis 50 ml/l dengan persentase jantan
64,07±9,71%. Berdasarkan uji BNT diketahui perlakuan dosis 25 ml/l, 50
ml/l, dan 75 ml/l memberikan respon yang berbeda dari kontrol. Tetapi,
tidak berbeda antara satu dengan yang lainnya. Berdasarkan uji proporsi
menunjukkan bahwa dosis 50 ml/l memiliki proporsi jantan yang lebih
tinggi dari kontrol. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dosis perendaman
madu yang optimum dalam produksi ikan guppy jantan adalah 50 ml/l.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar