![]() |
https://www.google.co.id |
Berdasarkan data profil perikanan budidaya,
perkembangan ekspor ikan hias di Indonesia cenderung meningkat dengan
pertumbuhan rata-rata 64,8%per tahun dalam volume (Gustiano dkk. 2006). Di
tingkat internasional, Indonesia baru dapat memenuhi pangsa pasar ikan hias
sebesar 15 % dari permintaan dunia yang di dominasi oleh Singapura sebagai
pengekspor terbesar. Diantara kelompok ikan hias air tawar, ikan Guppy (Poecillia
reticulate) dan neon merupakan spesies yang mendominasi, yaitu sekitar
25% dari pasar dunia dengan nilai hampir 14% dari nilai total (Putro dkk.
2002). Pengembangan budidaya ikan Guppy di Singapura sudah menjadi industri
yang menguntungkan sejak lama sebagaimana dilaporkan oleh Fernando & Phang
(1985). Pada ikan hias, perbedaan penampilan karena pengaruh sex (sexual
dimorphisms) sangat besar (Schroder 1976). Secara umum, ikan jantan memiliki
bentuk dan warna yang lebih menarik. Salah satu cara untuk meningkatkan
produksi ikan jantan adalah melalui pengubahan kelamin pada fase awal
perkembangbiakan (Yamamoto 1969; Yamazaki 1983). Pengalihan kelamin dapat
dilakukan menggunakan hormon sintetis Methyltestosterone (MT) pada fase dini sebelum
gonad terbentuk menjadi jenis kelamin jantan atau betina (Hunter &
Donaldson 1983; Pandian & Sheela 1995). Perkembangan teknologi pengalihan
kelamin seperti ini di Indonesia telah dilaporkan oleh Zairin (2003). Tujuan
penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pemberian hormon Methyltestosterone
dengan dosis berbeda terhadap keberhasilan perubahan jenis kelamin (sex
reversal) larva ikan Guppy (Poecilia reticulata).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar