![]() |
https://www.google.co.id |
Ikan guppy bersifat gonokhorisme, yaitu kondisi seksual berganda yang
pada tahap awal perkembangan tidak memiliki jaringan gonad yang jelas.
Sehingga dapat dilakukan pengarahan kelamin pada fase embriogenesis dan
larva. Faktor lingkungan yang paling berpengaruh dalam pengarahan
kelamin yaitu suhu. Pada suhu yang tinggi kadar testosteron dalam tubuh
meningkat. Disamping itu, pengarahan kelamin juga dapat menggunakan
bahan alami seperti ekstrak testis sapi (ETS) yang mengandung
metiltestosteron. Ekstrak testis sapi mampu menjadi bahan alternatif
pengganti bahan sintetis seperti 17α-metiltestosteron, yang terbukti
berbahaya bagi mahluk hidup maupun lingkungan. Ekstrak testis sapi dapat
meningkatkan level androgen dalam darah sehingga kadar testosteron di
dalam tubuh lebih tinggi daripada estradiol. Penelitian ini bertujuan
untuk menyelidiki pengaruh suhu, dosis ekstrak testis sapi, dan
interaksinya serta menentukan perlakuan terbaik dalam produksi ikan
guppy jantan. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap
faktorial (RAL Faktorial) dengan 4 perlakuan dosis ETS (0, 5, 10, 15
ppm), 2 perlakuan suhu (27 dan 30°C), dan 3 kali ulangan. Perlakuan
tersebut diberikan dengan merendam induk betina yang sedang bunting
selama 24 jam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dosis ETS memberikan
pengaruh yang berbeda terhadap produksi ikan gupy jantan (P<0,05).
Namun, suhu dan interaksi (ETS; T) tidak memberikan pengaruh yang
berbeda terhadap produksi ikan guppy jantan (P>0,05). Perlakuan
terbaik adalah interaksi dosis ETS dan suhu (5 ppm; 30°C) dengan
persentase jantan sebesar 63,10±12,16% dan tingkat kelangsungan hidup
sebesar 70,13±19,45%. Interaksi antara suhu dan ekstrak testis sapi
tidak menyebabkan terbentuknya individu interseks.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar